Analisis audiens adalah
ketikan Anda mempertimbangkan
semua unsur unsur yang terkait dalam mendefinisikan karakteristik
demografs (juga dikenal sebagai
Demografi) audiens Anda (McQuail, 1997).
Demorafis secara luas digunakan oleh periklanan dan
hubungan masyarakat profesional untuk menganalisis spesifik penonton sehingga
produk atau ide-ide mereka akan membawa pengaruh. Namun, semua semua pembicara
yang baik mempertimbangkan demografis karakteristik penonton mereka.
Karakteristik demografi beberapa diantaranya etnis, usia, jenis kelamin,
pendapatan, pekerjaan, agama, dan tingkat pendidikan.
Cara
Melakukan Pendekatan dalam Analisis Audien, beberapa diantaranya yaitu :
- Direct Observation
Melakukan observasi
langsung, observasi ini dilakaukan untuk mencari data kualitatif. Data kualitatif
merupakan data yang berupa tulisan yang berisi tentang tingkah laku atau sifat
manusia yang dapat diamatai atau data
yang tidak memerlukan literatur atau buku-buku untuk melakukan observasi
tersebut. Dalam melakukan observasi ini kita hanya menggunakan lima alat indera
kita. Observasi ini mmrupakan observasi yang paling mudah karena hanya mengandalkan alat indera kita saja.
- Inference
Inference atau Memberikan
kesimpulan merupakan perpanjangan logis dari direct observation. Setelah
melakukan direct observation, kita membuat atau menarik kesimpulan mengenai
audiens kita yang hadri pada saat melakukan pidato atau public speaking
- Data Sampeling
Metode yang terakhir
adalah data sampeling atau sampel data. Data sampeling ini kita memberikan
angket atau kuisioner yang berupa pertanyaan atau pernyataan mengenai sebuah
topik yang ingin diajukan oleh seorang yang akan melakukan public speaking
dalam mencari tahu audiensnya. Data sampling menggunakan bukti statistik untuk
mengukur dan menjelaskan karakteristik penonton.
Beberapa cara untukmelakukan
data sampeling yaitu :
•
Basic Quisioner
basic
questionnaire adalah serangkaian pertanyaan lanjutan untuk menghasilkan data
demografi dan sikap dari audiens. Basic quisioner atau kuiioner dasar ini
sering digunakan oleh kebanyakan orang. Pertannyaannya yaitu berupa pertanyaan
yang bentuknya seperti esay pada saat ulangan.
• Ordered
Categories
Ordered
Categories memberikan isian yang bersifat memerintah. Contohnya : “urutkan
hal yang paling Anda sukai sampai yang paling Anda tidak sukai.” Kata yang
bersifat perintah pada contoh tersebut yaitu kata “urutkan”. Tempat untuk
mengisi perintah tersebut biasanya berderet ke bawah.
• Like-type
Testing
Adalah ketika Anda membuat pernyataan, dan meminta Termohon (audiens)
untuk mengukur kedalaman sentimen mereka terhadap pernyataan itu
positif, negatif atau netral. Kuisioner ini berupa memberikan
tanggapan atau persetujuan mengenai suatu haldengan cara memberikan rating
angka 1-5.
Kategoi
Analisis Audiens
•
Situational analysis
Analisis
situasi merupakan kategori dalam analisis audiens. Dalam analisis situasi,
seorang public speaking harus melihat situasi saat akan melakukan pidato atau
berbicara di depan publik. Dengan menganalisis situasi maka saat public
speaking tidak akan terjadi miss komunikasi karena sudah mengetahui kondisi
audiens sebelumnya.
•
Demographic analysis
Analisis
demografi merupakan analisis latar belakang audiens kita. Contohnya, suku,
latar belakang pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, pendapatan, agama, ras,
dan lain sebagainya.
•
Psychological analysis
Analisis
psikologi merupakan analisis yang dilakukan
terhadap audiens oleh seorang public speakers dengan tujuan untuk
mengetahui sikap audiens seperti apa.
•
Multicultural analysis
Analisis
multi-budaya yaitu kita sebagai public speaker harus mengetahui budaya-budaya
dari audiens kita supaya tidak menyinggung salahsatu budaya pada saat kita
melakukan bicara di depan publik.
•
Interest and knowledge analysis
Analisis
yang terakhir merupakan analisis ketertarikan dan pengetahuan. Kita harus
menganalisis audiens kita sejauh mana ketertarikan audiens kita terhadap topik
yang akan dibawakan pada saat melakukan public speaking. Selain itu kita juga
harus bisa menganalisis pengetahuan audiens kita sejauh mana, jangan sampai
pengetahuan audiens lebih jauh dari kita mengenai topik tersebut. Jika hal
tersebut terjadi, maka akan terjadi sikap mengabaikan si pembicara karena
audiens merasa sudah mengetahui lebih jauh topik tersebut sehingga tidak
terjadi ketertarikan akan topik tersebut.
By : Peter DeCaro, Ph.D. University of Alaska – Fairbanks
Tyrone Adams, Ph.D. University of Lafayette
Bonnie Jefferis, Ph.D. St. Petersburg College
Translated
and summarized by : Ilham Tri Nugraha